Sunday 21 February 2016

ARTIKEL TENTANG PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU)



1.      DESKRIPSI PTERIDOPHYTA

Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta) tetapi tidak pernah menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan perbanyakannya, menyerupai kelompok organisme seperti lumut dan fungi.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan lautan, dengan kecenderungan ditemukan tumbuh di tempat-tempat yang tidak subur untuk pertanian. Total spesies yang diketahui sekitar 12.000, dengan perkiraan 1.300  sampai 3000 lebih spesies di antaranya tumbuh di kawasan Malesia (yang mencakup Indonesia).
Pengelompokan klasik anggota tumbuhan paku (Pteridophyta, dalam arti luas, mis. menurut Haeckel (1866) pada pengetahuan terkini dianggap bersifat parafiletik. Dari kelompok-kelompok cabang utama tumbuhan berpembuluh, satu kelompok yang mencakup paku kawat, kumpai, serta rane, ternyata memisah paling awal dari kelompok lainnya. Kelompok tersebut sekarang dimasukkan dalam divisio Lycopodiophyta. Ini menyebabkan "Pteridophyta" sekarang memiliki dua pengertian: arti luas (sebagaimana arti klasik, mencakup Lycopodiophyta) dan arti sempit (arti klasik minus Lycopodiophyta). Kelompok tumbuhan paku arti sempit bersifat holofiletik atau monofiletik, dan sekarang disebut Pteridophyta atau, untuk menghindari kebingungan, disebut Polypodiophyta atau Monilophyta.
Fosil paku tertua berasal dari kala Devon, sekitar 360 juta tahun yang lalu  tetapi suku-suku dan jenis-jenis modern baru muncul sekitar 145 juta tahun yang lalu, di awal kala Kapur, di saat tumbuhan berbunga sudah mendominasi vegetasi bumi.
Pemanfaatan tumbuhan paku oleh manusia terbatas. Kebanyakan menjadi tanaman hias, sebagian kecil dimakan, sebagai tumbuhan obat, atau bahan baku untuk alat bantu kegiatan sehari-hari.



2.      KLASIFIKASI
Secara tradisional, sebagaimana diajarkan di sekolah menengah, tumbuhan paku (Pteridophyta, arti luas) mencakup semua tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) berspora, atau kormofita berspora selain lumut hati (Hepatophyta), lumut tanduk (Anthocerophyta), dan tumbuhan lumut sejati (Musci)[7]. Pteridophyta ditempatkan pada takson divisio dengan lima kelas:
  • Psilotiinae (misalnya paku telanjang Psilotum)
  • Lycopodiinae (misalnya rane, kumpai, dan paku kawat)
  • Isoëtinae
  • Equisetinae (rumput betung atau paku ekor kuda)
  • Filicinae / Filices (paku sejati/benar, mencakup Eusporangiatae (ordo Ophioglossales dan Marattiales) dan Leptosporangiatae).
3.      GAMBAR AZOLA PINNATA













4.      CIRI – CIRI DAN PERANAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA)

a.      Ciri – cirri
Berikut ini beberapa ciri-ciri tumbuhan paku, diantaranya meliputi:
  • Organisme multiseluler dan eukariotik
  • Sudah memiliki akar, daun dan batang sejati, sehingga disebut kormophyta berspora.

Ø  Struktur Akar
Akar tumbuhan paku berbentuk serabut dengan kaliptra pada ujungnya. Jaringan akarnya terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat.

Ø  Struktur Batang
Serupa halnya dengan jaringan akarnya, struktur batang tumbuhan paku juga terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat. Pada silinder pusat tersebut terdapat berkas pembuluh angkut, yaitu xilem dan floem. Berkas pembuluh ini berperan dalam proses fotosintesis dan mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

Ø  Struktur Daun
Struktur daun tumbuhan paku terdiri atas jaringan epidermis, mesofil, dan pembuluh angkut. Sedangkan jenis tumbuhan paku sendiri terdiri atas berbagai macam, meliputi:
ika ditinjau dari ukuran daun, maka daun tumbuhan paku ada yang berukuran kecil (mikrofil) dan berukuran besar (makrofil). Daun mikrofil tidak bertangkai dan tidak bertulang, serta bebentuk rambut atau sisik. Sedangkan daun makrofil bertangkai, bertulang daun, jarngan tiang, bunga karang, dan juga memiliki mesofil dengan stomata, serta bebentuk
Jika ditinjau dari fungsinya, daun tumbuhan paku ada yang menghasilkan spora (sporofil) dan tidak menghasilkan spora (tropofil). Daun tropofil disebut sebagai daun steril dan memiliki klorofil sehingga berperan dalam proses fotosintesis dalam menghasilkan glukosa. Sedangkan daun sporofil disebut sebagai daun fertil karena menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan.


  • Umumnya habitat tumbuhan paku pada tempat yang lembab, bisa di darat, perairan, ataupun menempel.
  • Tumbuhan paku dapat bereproduksi secara seksual maupun secara aseksual.
  • Tumbuhan paku bersifat fotoautotrof, karena memiliki klorofil sehingga dapat berlangsungnya proses fotosintesis.
  • Dalam siklus hidup tumbuhan paku, pada fase metagenesis terdapat fase sporofit yaitu tumbuhan paku sendiri. Fase sporofit pada metagenesis memiliki sifat yang lebih dominan dibandingkan fase gametofitnya.
b.      Peranan Pteridophyta bagi Manusia
Tumbuhan paku memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, namun ada pula yang merugikan. Tumbuhan paku yang bermanfaat antara lain sebagai berikut.
  • Tanaman hias, misalnya Adiantum (suplir), Platycerium sp. (paku tanduk rusa), Asplenium nidus (paku sarang burung), Nephrolepis, dan Alsophila glauca (paku tiang).
  • Bahan obat-obatan, antara lain Equisetum (paku ekor kuda) yang memiliki fungsi diuretik (melancarkan pengeluaran urine) dan Selaginella plana (obat luka).
  • Bahan makanan (sayuran), misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan Pteridium aquilinum (paku garuda).
  • Pupuk hijau, misalnya Azolla pinnata bersimbiosis dengan ganggang biru Anabaena azollae yang mampu mengikat gas nitrogen (N2) bebas.
  • Pembuatan petasan (pyrotechnics), dengan menggunakan spora Lycopodium sp.
  • Tiang bangunan, misalnya Alsophila glauca.
  • Bahan penggosok (ampelas), misalnya Equisetum sp.


No comments:

Post a Comment