BUDIDAYA CABE MERAH
Cabe merah
merupakan salah satu komoditas pertanian paling atraktif. Pada saat-saat
tertentu, harganya bisa naik berlipat-lipat. Pada momen lain bisa turun hingga
tak berharga. Hal ini membuat budidaya cabe merah menjadi tantangan tersendiri
bagi para petani.
Disamping
fluktiasi harga, budidaya cabe cukup rentan dengan kondisi cuaca dan serangan
hama. Untuk meminimalkan semua resiko tersebut, biaya untuk budidaya cabe bisa
dikatakan cukup tinggi.
Pada kesempatan
kali ini, alamtani mencoba memaparkan langkah-langkah yang harus dipersiapkan
untuk budidaya cabe merah, khususnya jenis Capsicum annum L. Tanaman ini
berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis dan subtropis. Dari sini
menyebar ke berbagai belahan bumi lainnya.
Kondisi iklim di
Indonesia cocok untuk budidaya cabe dimana matahari bersinar penuh. Tanaman ini
bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter dpl. Di
dataran tinggi, cabe masih bisa tumbuh namun produksinya tidak maksimal.
Suhu yang optimal
untuk pertumbuhan cabe merah, antara 24-28 derajat Celcius. Pada suhu yang
terlalu dingin dibawah 15 atau panas diatas 32 pertumbuhan akan terganggu. Cabe
bisa tumbuh pada musim kemarau asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah
hujan yang dikehendaki berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80%.
1. PEMILIHAN BENIH CABE MERAH
Masyarakat
mengenal dua jenis cabe merah, yakni cabe merah besar dan cabe merah keriting.
Perbedaan kedua jenis cabe ini terlihat dari bentuk dan tekstur kulitnya. Untuk
mengetahui lebih jauh, silahkan lihat tulisan mengenal jenis-jenis cabe.
Dari dua jenis itu,
terdapat puluhan bahkan ratusan varietas, dari yang lokal hingga hibrida.
Setiap varietas memiliki kekhasan tumbuh sendiri-sendiri. Untuk memilih jenis
mana yang akan dibudidayakan, sebaiknya pilih varietas yang paling cocok dengan
lokasi budidaya cabe masing-masing.
Benih untuk
budidaya cabe bisa didapatkan dengan dua cara, yaitu membeli di toko benih atau
membenihkan sendiri. Benih cabe hibrida sebaiknya dibeli dari industri benih
terpercaya yang menerapkan teknologi pemuliaan moderen. Sedangkan benih cabe
lokal bisa didapatkan dari sesama petani atau menyeleksi sendiri dari hasil
panen terdahulu.
2. PENYEMAIAN DAN PEMBIBITAN
Metode penyemaian
untuk budidaya cabe sebaiknya menggunakan polybag (baik dari plastik atau
daun-daunan). Mengapa demikian, karena benih cabe apalagi jenis hibrida
harganya sangat mahal. Apabila disemai dengan ditabur, dikhawatirkan banyak
biji yang tumbuh berhimpit sehingga tidak semua tanaman bisa dimanfaatkan.
Siapkan campuran
tanah, arang sekam dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1.
Atau, kalau tidak ada arang sekam gunakan tanah dan kompos dengan perbandingan
1:1. Sebelum dicampur, media tersebut diayak agar halus. Untuk lebih detail,
silahkan baca cara membuat media persemaian.
Sebaiknya buat
naungan untuk tempat penyemaian untuk menghindari terik matahari dan air hujan.
Apabila ada biaya, ada baiknya melindungi tempat penyemaian dengan jaring
pelindung hama atau serangga. Susun polybag yang telah diisi media semai dalam
naungan tersebut.
Rendam biji cabe
dengan air hangat selama kurang lebih 3 jam. Jangan gunakan biji yang
mengapung. Masukkan setiap biji cabe kedalam polybag sedalam 0,5 cm dan tutup
dengan kompos halus. Basahi sedikit media tanam agar kelembabannya terjaga.
Siram polybag
pembibitan setiap pagi dan sore hari. Cara menyiramnya adalah tutup permukaan
polybag dengan kertas koran kemudian siram hingga basah. Buka kertas koran tersebut
setelah biji tumbuh kira-kira 3 sekitar hari.
Selanjutnya siram
secara rutin dan awasi pertumbuhannya. Bibit cabe merah siap untuk dipindahkan
setelah 21-24 hari disemaikan atau setelah tumbuh 3-4 helai daun. Lebihkan 10%
dari kebutuhan bibit. Misalnya untuk lahan satu hektar dibutuhkan sekitar 14000
bibit cabe merah, maka lebihkan 10 persen untuk tindakan penyulaman tanaman.
3. PENGOLAHAN TANAH
Lahan yang
diperlukan untuk budidaya cabe merah adalah tanah yang gembur dan memiliki
porosotas yang baik. Sebelum cabe merah ditanam cangkul atau bajak lahan
sedalam 20-40 cm. Bersihkan dari batu atau kerikil dan sisa-sisa akar tanaman.
Apabila terlalu banyak gulma dan khawatir menganggu bisa gunakan herbisida.
Buat bedengan
dengan lebar satu meter tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 60 cm. Panjang
bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, untuk memudahkan pemeliharaan
panjang bedengan maksimal 15 meter. Buat saluran drainase yang baik karena
tanaman cabe merah tidak tahan terhadap genangan air.
Budidaya cabe
merah menghendaki tanah yang memiliki tingkat keasaman tanah pH 6-7. Apabila
nilainya terlalu rendah (asam), daun tanaman cabe merah akan terlihat pucat dan
mudah terserang virus. Tanah yang asam biasanya mudah ditumbuhi ilalang. Untuk
menetralisirnya bisa gunakan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 2-4 ton/ha.
Pemberian kapur atau dolomit dilakukan pada saat pembajakan dan pembuatan
bedengan.
Campurkan pupuk
organik, bisa berupa kompos atau pupuk kandang pada setiap
bedengan secara merata. Kebutuhan pupuk organik untuk budidaya cabe merah
adalah 20 ton per hektar. Selain pupuk organik tambahkan juga urea 350 kg/ha
dan KCl 200kg/ha.
Untuk budidaya
cabe intensif sebaiknya, bedengan ditutup dengan mulsa plastik perak hitam.
Penggunaan mulsa plastik mempunyai konsekuensi biaya namun mendatangkan
sejumlah manfaat. Mulsa bermanfaat untuk mempertahankan kelembaban, menekan
erosi, mengendalikan gulma dan menjaga kebersihan kebun.
Buat lubang tanam
sebanyak dua baris dalam setiap bedengan dengan jarak 60-70 cm. Sebaiknya
lubang tanam dibuat zig zag, tidak sejajar. Hal ini berguna untuk mengatur
sirkulasi angin dan penetrasi sinar matahari. Diameter dan kedalaman lubang
tanam kurang lebih 10 cm, atau disesuaikan dengan ukuran polybag semai.
4. PENANAMAN BIBIT CABE MERAH
Pemindahan bibit
cabe merah dari area persemaian dilakukan setelah umur bibit sekitar 3 minggu
atau bibit memiliki 3-4 helai daun permanen. Penanaman sebaiknya dilakukan pada
pagi hari dan sore hari untuk menghindari stress. Usahakan penanaman dilakukan
serentak dalam satu hari.
Cara menanamnya
adalah dengan membuka atau menyobek polybag semai. Kemudian masukkan bibit cabe
merah beserta media tanamnya kedalam lubang tanam. Jaga agar media semai jangan
sampai terpecah. Kemudian siram tanaman secukupnya untuk mempertahankan
kelembaban.
5.
PEMELIHARAAN DAN
PERAWATAN
Penyiraman diperlukan
pada saat musim kering, caranya bisa dengan gembor atau dengan penggenangan.
Hati-hati ketika melakukan penyiraman disaat tanaman belum terlalu kuat.
Penggenangan bisa dilakukan setiap dua minggu sekali.
Periksa tanaman pada satu
sampai dua minggu pertama untuk melakukan penyulaman tanaman. Apabila ada
tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal segera cabut dan ganti dengan
bibit yang baru.
Pada budidaya cabe
memerlukan pemasangan ajir (tongkat bambu) untuk menopang tanaman berdiri
tegak. Tancapkan ajir dengan jarak mnimal 4 cm dari pangkal batang. Pemasangan
ajir sebaiknya dilakukan pada hari ke-7 sejak bibit dipindahkan. Apabila
tanaman terlalu besar dikhawatirkan saat ajir ditancapkan akan melukai
perakaran. Bila akar terluka tanaman akan akan mudah terserang penyakit.
Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan setelah tanaman tumbuh tinggi atau
berumur diatas satu bulan.
Perempelan atau
pemotongan tunas dilakuan setelah 3 minggu untuk budidaya cabe di dataran
rendah dan 1 bulan untuk dataran tinggi. Potong tunas yang tumbuh pada ketiak
daun dengan tangan yang bersih. Perempelan ini dilakukan sampai terbentuk
cabang utama, ditandai dengan kemunculan bunga pertama atau kedua.
Pemupukan susulan
dilakukan setiap dua minggu sekali atau minimal 8 kali hingga panen terakhir.
Pemupukan susulan dilakukan dengan pengocoran pupuk pada setiap lubang tanam.
Pemupukan yang paling praktis adalah dengan menggunakan pupuk organik cair.
Siramkan 100 ml larutan pupuk yang telah diencerkan pada setiap tanaman. Bisa
juga ditambahkan NPK pada campuran tersebut.
Penyiangan gulma
dilakukan apabila diperlukan saja. Pengendalian hama dan penyakit dalam
budidaya cabe cukup vital. Banyak kasus budidaya yang gagal karena serangan
hama dan penyakit. Untuk lebih detail, silahkan baca pengendalihan hama
dan penyakit tanaman cabe.
6.
PEMANENAN BUDIDAYA CABE
Budidaya cabe merah mulai
bisa dipanen setelah berumur 75-85 hari setelah tanam. Proses pemanenan
dilakukan dalam beberapa kali, tergantung dengan jenis varietas, teknik
budidaya dan kondisi lahan.
Pemanenan bisa dilakukan
setiap 2-5 hari sekali, disesuaikan dengan kondisi kematangan buah dan pasar.
Buah cabe sebaiknya dipetik sekaligus dengan tangkainya untuk memperpanjang
umur simpan. Buah yang dipetik adalah yang berwarna oranye hingga merah.
Lakukan pemetikan pada pagi hari.
Produktivitas budidaya
cabe merah biasanya mencapai 10-14 ton per hektar, tergantung dari varietas dan
teknik budidayanya. Pada budidaya yang optimal, potensinya bisa mencapai hingga
20 ton per hektar.
BUDIDAYA TOMAT
Tomat (Lycopersicon esculentum L.)
merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini idealnya
ditanam pada kisaran suhu 20-27oC dengan curah hujan sekitar
750-1250 mg per tahun. Secara umum tomat dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 0-1500 m dpl.
Dewasa ini terdapat lebih dari 400 varietas tomat yang ditanam
secara global. Ada varietas yang hanya cocok di dataran tinggi seperti berlian,
mutiara dan kada. Ada yang cocok di dataran rendah seperti varietas intan,
ratna dan CLN. Ada juga yang bisa ditanam baik di dataran tinggi maupun rendah,
seperti GH2 dan GH4.
1.
MEMILIH BENIH TOMAT
Untuk memilih jenis tomat
yang akan ditanam hendaknya sesuaikan dahulu dengan karateristik lokasi.
Apabila kebun Anda berada di dataran tinggi pilihlah varietas yang cocok untuk
dataran tinggi begitu juga sebaliknya.
Benih tomat bisa
didapatkan dengan mudah diberbagai toko penyedia saprotan. Apabila Anda sulit
mendapatkannya atau harganya terlalu mahal, kita bisa membuatnya sendiri.
Caranya dengan menyeleksi buah tomat yang paling baik dari segi ukuran (besar)
dan bentuk (tidak cacat).
Langahnya sebagai
berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah
tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan
dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air,
pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji
tomat, pilih yang bentuknya sempurna (tidak cacat atau keriput). Setelah itu
keringkan dengan dijemur dan simpan dalam wadah yang kering dan steril.
2. PENYEMAIAN BENIH TOMAT
Sebelum ditanam secara luas, benih
tomat sebaiknya disemaikan dahulu sampai memiliki daun dan batang yang cukup
kuat. Penyemaian hendaknya dilakukan di atas media yang terpisah dengan
penanaman masal. Lihat cara membuat media
persemaian untuk tanaman hortikultura.
Untuk budidaya tomat, sebaiknya pilih
media persemaian dengan ploybag. Hal ini untuk mengurangi resiko
tanaman stres ketika dipindahkan. Namun persemaian polybag ini
biayanya relatif lebih mahal. Apabila Anda memilih persemaian bedeng, hendaknya
hati-hati saat mencabut dan memindahkan bibit. Lamanya penyemaian sampai
tanaman siap dipindahkan sekitar 35-40 hari.
Tips untuk persemaian bedengan, buat
larikan (garis) diatas media persemaian dengan jarak antar larik 5 cm dan kedalaman
larik 1 cm. Kemudian taburkan benih dalam larikan, jangan sampai
bertumpuk-tumpuk, sebaiknya jarak antar benih 2-3 cm. Kemudian tutup larikan
dengan tanah dan siram secukupnya. Metode pemindahanbisa dilakukan dengan dua
cara. Pertama dengan pencabutan, sebelum benih dicabut siram dengan air untuk
melunakan media sehingga akar tidak putus ketika ditarik. Kedua, cara putar
yaitu mengambil tanaman dengan tanah disekitarnya.
Tips untuk persemaian polybag/pot,
setelah media persemaian dibuat lubangi permukaanya sedalam 1 cm. Kemudian
bubuhkan biji tomat satu butir untuk setiap polybag, tutup dengan media tanam.
Cara memindahkannya adalah dengan merobek atau melepas polybag/pot.
Lalu masukkan tanaman beserta tanah yang terdapat di polybag/pot
kedalam lubang tanam.
3. PENGOLAHAN TANAH
Tomat tumbuh baik pada tingkat keasaman
tanah pH 5,5-7. Apabila tanah terlalu asam (<5,5), tambahkan dolomit atau
kapur pertanian. Manfaat pengapuran selain menaikan pH tanah juga untuk
memperbaiki struktur tanah. Dosisnya harus disesuaikan dengan tingkat pH tanah
masing-masing.
Bajak atau cangkul tanah hingga gembur
kemudian bentuk bedengan dengan ketinggian 30 cm, lebar 1 meter dan pajang
mengikuti kontur lahan. Buat jarak antar bedeng selebar 30-40 cm. Kemudian
diamkan tanah kira-kira satu minggu.
Setelah itu, berikan pupuk dasar berupa
pupuk organik seperti pupuk
kandang atau pupuk kompos sebanyak 20 ton
per hektar. Aduk hingga merata diatas bedengan. Untuk memperkaya kandungan
fosfor bisa ditambahkan pupuk TSP secukupnya (kira-kira 5 gram per tanaman).
Untuk budidaya tomat organik, jangan ditambahkan pupuk kimia tapi pupuk dasar
harus lebih banyak, kira-kira 30-40 ton per hektar.
Kemudian tutup bedengan dengan mulsa
plastik, penutupan dengan mulsa sangat berguna terutama pada musim kemarau.
Mulsa plastik berguna untuk mempertahankan kelembaban tanah, mengendalikan
gulma dan agar buah tomat tetap bersih tidak menyentuh tanah. Biarkan kembali
tanah selama satu minggu sebelum ditanami.
4. MENANAMAN BIBIT TOMAT
Pertama-tama buat lubang tanam pada
mulsa dengan diameter 5-7 cm. Dalam satu bedengan terdapat dua lajur lubang
tanam, jarak antar lajur sebesar 70-80 cm dan jarak antar lubang dalam satu
lajur 40-50 cm, kedalaman lubang tanam kira-kira 5-7 cm.
Setelah itu masukkan bibit siap tanam.
Untuk bibit yang disemai dalam polybag atau pot, lepas terlebih dahulu
wadahnya lalu masukkan semua media tanam tanpa mencabut akar tanaman. Kemudian
tutup dan ratakan dengan tanah sekitar. Untuk bibit yang ditanam di persemaian
bedeng, masukkan tanaman kemudian timbun dengan tanah bekas galian lubang.
Ratakan dan siram dengan air untuk menjaga kelembabannya.
5. PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Tanaman tomat cukup sensitif dan perlu
perawatan yang intensif. Tanaman ini sangat rentan terhadap hama dan penyakit,
terutama yang ditanam di dataran rendah. Setelah pemanenan, resiko kerusakan
buah tomat masih tinggi sekitar 20-50%. Berikut beberapa perawatan penting
apabila kita hendak melakukan budidaya tomat.
a. Penyulaman
Penyulaman berfungsi untuk mengganti
tanaman yang gagal tumbuh, baik sakit atau rebah karena cuaca. Penyulaman
dilakukan setelah seminggu tomat ditanam. Cabut tanaman yang terlihat tidak
sehat (kuning/layu) atau mati. Ganti dengan bibit sisa penyemaian.
b. Penyiangan
Penyiangan dalam budidaya tomat
biasanya dilakukan 3-4 kali selama musim tanam. Pada areal tanam yang ditutup
mulsa penyiangan bisa lebih jarang lagi. Penyiangan bertujuan untuk mengangkat
gulma yang ada di areal tanam. Pertumbuhan gulma akan menganggu tanaman, karena
tanaman harus bersaing dalam mendapatkan nutrisi. Selain itu gulma juga mengundang
hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman utama.
c. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman tomat
dilakukan setiap minggu. Pemangkasan tunas yang tumbuh pada ketiak daun harus
segera agar tidak tumbuh menjadi batang. Pemangkasan tunas muda bisa dilakukan
dengan tangan. Namun apabila batang sudah terlalu keras, sebaiknya gunakan
pisau atau gunting. Untuk mengatur ketinggian tanaman tomat, ujung tanaman bisa
dipotong. Pemotongan ujung tanaman dilakukan setelah terlihat jumlah dompolan
buah sekitar 5-7 buah.
d. Pemupukan tambahan
Pada budidaya tomat organik, semprotkan
pupuk organik cair yang mempunyai kandungan kalium tinggi
pada saat tanaman akan berbunga dan berbuah (fase generatif). Penyemprotan bisa
dilakukan setiap minggu. Harus diperhatikan, pupuk organik cair harus
diencerkan terlebih dahulu, 1 liter pupuk cair dengan 100 liter air. Penting
untuk dicatat, konsentrasi pupuk organik cair tidak boleh melebihi 2%. Selain
itu, kita bisa menambahkan pupuk kandang atau kompos setelah tanaman berumur
2-3 minggu dengan dosis satu gengam tangan per tanaman.
Untuk budidaya tomat non-organik, pada
usia satu minggu berikan campuran urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 sebanyak
1-2 gram per tanaman. Kemudian setelah umur 2-3 minggu berikan kembali urea dan
KCl sebanyak 5 gram per tanaman. Bila pada umur lebih dari 4 minggu tanaman
masih terlihat kurang gizi berikan urea dan KCl sebanyak 7 garm per tanaman.
Perhatikan, pemberian urea dan KCl jangan sampai mengenai tanaman karena bisa
melukai tanaman tersebut. Berikan jarak 5-7 cm dari tanaman.
e. Penyiraman dan pengairan
Tanaman tomat tidak terlalu banyak
membutuhkan air, namun jangan sampai kekurangan. Kelebihan air dalam budidaya
tomat membuat pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) yang subur tetapi akan
menghambat fase generatif. Sebaliknya, kekuranga air yang berkepanjangan bisa
menyebabkan pecah-pecah pada buah tomat yang dihasilkan.
Kekeringan yang panjang bisa menyebabkan
kerontokan bunga. Penyiraman hendaknya disesuaikan dengan kondisi cuaca. Bila
curah hujan cukup relatif tidak perlu lagi penyiraman. Justru yang harus
diperbaiki adalah saluran drainase agar air tidak menggenang disekitar areat
tanaman. Pada musim kemarau, penyiraman bisa dilakukan pada pagi hari. Cegah
jangan sampai tanah retak-retak kekeringan.
f. Pemasangan lenjeran
Pemasangan lenjeran atau ajir bertujuan
sebagai tempat mengikatkan tanaman agar tidak roboh. Lenjeran dibuat dari bambu
sepanjang 1,5-2 meter. Lenjeran ditancapkan pada jarak sekitar 10-20 cm dari
tanaman. Lenjeran bisa dibiarkan tegak mandiri atau ujungnya diikatkan dengan
lenjeran lain yang berdekatan. Pengikatan ujung berguna untuk memperkokoh
posisi lenjeran.
Pemasangan lenjeran hendaknya sedini
mungkin untuk mencegah luka pada akar tanaman akibat penancapan. Tanaman yang
masih kecil akarnya belum menyebar kemana-mana sehingga kemungkinan tertancap
kecil. Luka pada akar yang diakibatkan tusukan lenjeran bisa menghambat
pertumbuhan dan mengundang penyakit.
Pemasangan lenjeran dilakukan setelah
tinggi tanaman berkisar 10-15 cm. Ikatkan tanaman tomat dengan tali plastik
pada lenjeran. Model ikatan sebaiknya berbentuk angka 8 agar batang tomat tidak
terluka karena bergesekan dengan tiang lenjeran. Ikatan hendaknya jangan
terlalu kuat agar tidak menghambat pembesaran batang. Setelah itu, setiap
tanaman bertambah tinggi 20 cm ikatkan batang tanaman dengan tali plastik pada
lenjeran.
6. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Beberapa jenis hama dan penyakit yang
kerap menyerang budidaya tomat antara lain, ulat buah, kutu daun thrips, lalat
putih, lalat buah, tungau, nematoda, penyakit layu, bercak daun, penyakit
kapang daun, bercak coklat, busuk daun dan busuk buah. Apabila serangannya
menggila, hama dan penyakit tersebut bisa disemprot dengan pestisida.
Penggunaan pestisida harus bijak, sesuaikan dengan lingkungan sekitar (para
petani lain), riwayat penyemprotan dan ikuti petunjuk/dosis penggunaan. Apabila
tomat yang akan diproduksi ditujukan untuk pasar organik, hendaknya menggunakan
pestisida yang alami. Silahkan lihat cara membuat pestisida organik.
Hama dan penyakit pada budidaya tomat
tidak bisa diberantas dengan hanya mengandalkan pestisida saja. Karena manfaat
pestisida hanya sementara dan jangka pendek. Selebihnya serangan hama dan
penyakit akan tetap datang dan kemungkinan akan lebih resisten. Menaikan dosis
penggunaan pestisida mungkin efektif tapi akan menimbulkan efek lingkungan yang
buruk dan juga menaikan biaya produksi. Kalau pun harus menggunakan pestisida
sebaiknya berganti-ganti merek dengan bahan aktif berbeda.
Untuk menanggulangi hama dan penyakit
secara menyeluruh gunakan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).
Penerapan PHT harus dilakukan secara berkesinambungan. Adapun variabel-variabel
yang harus diperhatikan antara lain pemilihan bibit unggul atau varietas yang
cocok, benih bebas penyakit, pemberian pupuk berimbang, rotasi tanaman,
memanfaatkan predator alami, memanfaatkan tanaman pengusir hama dan terakhir
penyemprotan pestisida baik kimia sintetis maupun alami.
7. PEMANENAN BUDIDAYA TOMAT
Budidaya tomat baru bisa dipanen 60-100
hari setelah tanam, tergantung dari varietasnya. Penentuan waktu panen
berdasarkan umur tanaman kadang kala tidak efektif. Sebaiknya gunakan
pengamatan fisik terhadap tanaman. Tanaman tomat sudah dikatakan siap panen
apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi
daun menguning dan bagian batang mengering.
Pemetikan hendaknya dilakukan di pagi
atau sore hari karena pada siang hari tanaman masih melakukan fotosintesis.
Pada keadaan demikian penguapan sedang tingi-tingginya sehingga buah tomat yang
dipetik akan cepat layu. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Di
Indonesia produktivitas tanaman tomat secara rata-rata mencapai 15,84 ton per
hektar. Namun untuk varietas tertentu dan didaerah-daerah tertentu bisa
mencapai 25-30 ton per hektar.
BUDIDAYA JAGUNG
I.
PENDAHULUAN
Produksi palawija khususnya jagung,menunjukkan peningkatan
peningkatan dari tahun ke tahun. Pertambahan jumlah penduduk dan program
perbaikan gizi masyarakat melalui deversifikasi pola makanan, mendorong
permintaan jagung. Selain komoditi jagung sebagai bahan baku industri dalam
negeri semakin meningkat dengan banyaknya industri makanan ternak, industri
minyak jagung dan produk ethanol, dimana varietas jagung hibrida mempunyai
kelebihan dari jagung komposit yaitu produksinya 25-30% lebih tinggi, tahan
rebah,penyakit dan kekeringan serta berumur pendek.
Selain itu tanaman jagung banyak
sekali gunanya,sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam keperluan antara lain batang dan daun muda untuk pakan ternak,
batang dan daun tua setelah panen untuk pupuk hijau dan kompos, batang dan daun
kering untuk kayu bakar, batang jagung untuk lanjar(turus), batang jagung untuk
pulp (bahan kertas), buah jagung muda untuk sayuran,bergedel, bakwan,sambal
goreng, biji jagung tua sebagai pengganti nasi,marning, brondong, roti jagung,
tepung, bihun,bahan campuran kopi bubuk, biskuit,pakan ternak, bahan baku
industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri tekstil.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
1. IKLIM
1. Iklim yang kehendaki oleh
sebagian besar tanaman adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah
beriklim sub-tropis/tropis yang basah, jagung dapat tumbuh didaerah yang
terletak antara 0-5 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
2. Pada lahan yang tidak beririgasi,
pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan
harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan
menjelang musimkemarau.
3. Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan
terhambat/merana dan memberikan biji yang kurang baik bahkan tidak dapat
membentuk buah.
4. Suhu yang dikehendaki tanaman
jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal
memerlukan suhu optimum antara 23-27 dserajat C. Pada proses perkecambahan
benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
5. Saat panen jagung yang jatuh pada
musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
2. MEDIA TANAM
1. Jagung tidak memerlukan
persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimum tanah harus
gembur, subur dan kaya humus.
2. Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain andosol, latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah
dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan
pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat
berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan.
3. Keasaman tanah erat hubungannya
dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 5,6-7,5.
4. Tanaman jagung membutuhkan tanah
dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
5. Tanah dengan kemiringan kurang
dari 8% dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadi erosi tanah
sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%,
sebaiknya dilakukan pembentukan teras terlebih dahulu.
3. KETINGGIAN TEMPAT
Jagung dapat ditanam di Indonesia
dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara
1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan
ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
II. TEKNIK BERCOCOK TANAM
1. PERSIAPAN
Tanaman jagung memerlukan aerasi dan
drainase yang baik sehingga perlu penggemburan tanah. Pada umumnya persiapan
lahan untuk tanaman jagung dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-20 cm,
diikuti dengan penggaruan tanah sampai rata.
Ketika mempersiapkan lahan,
sebaiknya tanah jangan terlampau basah tetapi cukup lembab sehingga mudah
dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis tanah berat dengan kelebihan, perlu
dibuatkan saluran drainase.
2. PENANAMAN
Pada saat penanaman tanah harus
cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak tanaman harus diusahakan teratur agar
ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas
mempunyai populasi optimum yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa
varietas yang telah beredar dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat
ditanam dengan menggunakan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman
perlubang atau 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm
dengan satu tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal,
setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah.
3. PEMUPUKAN
·
Dari
semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak diserap tanaman
adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
·
Nitrogen
dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji.
Tanaman ini menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada semua
stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan nitrogen dalam tanaman
walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil.
·
Tanaman
jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat tanaman
masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi
lutut.
·
Sejumlah
besar kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai
pembungaan.
4. PEMELIHARAAN
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan
antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan
daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu.
Penjarangan tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan
tegap terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang
diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh
persaingan gulma sangat beragam sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan,
populasi dan jenis gulma serta faktor budidaya lainnya. Periode kritis
persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau
sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung
harus bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam
dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan
kedua dilakukan sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua.
Pembubuan selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan
mempermudah pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu
pemangkasan daun.Daun jagung segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari
hasil penelitian pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan
hasil secara nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
5. PENGAIRAN
Air sangat diperlukan pada saat
penanaman, pembungaan (45-55 hari sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari
setelah tanam). Pada masa pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi
dibandingkan dengan waktu berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa
berbunga ini waktu hujan pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari
pada huja terus menerus.
Pengairan sangat penting untuk
mencegah tanaman jagung agar tidak layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan
daun layu. Daerah dengan curah hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan
dapat mencukupi. Pengairan juga dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui
parit diantara barisan jagung atau menggunakan pompa air bila kesulitan
air.
6. PENYAKIT DAN HAMA
Tanaman jagung terdiri atas akar,
batang, daun, bunga dan biji. Beberapa jenis hama dan penyakit tanaman jagung
yang sering merusak dan menggangu pertumbuhan jagung dan mempengaruhi
produktivitas antara lain :
·
Hama
tanaman jagung, macam-macamnya : hama lundi, lalat bibit, ulat tanah, ulat
daun, penggerek batang, ulat tentara, ulat tongkol.
·
Penyakit
tanaman jagung, macam-macamnya : bulai, cendawan, bercak ungu, karat.
Sebelum terjadinya serangan hama dan
penyakit pada tanaman jagung tersebut maka dapat dilaksanakan langkah-langkah
pencegahan dengan cara:
·
Penggunaan
varietas bibit yang resisten
·
Penggunaan
teknik-teknik agronomi
·
Penggunaan
desinfektan pada benih yang akan ditanam
·
Pemeliharaan
dan pemanfaatan musuh-musuh alami
7. PANEN
Waktu panen jagung di pengaruhi oleh
jenis varietas yang ditanam, ketinggian lahan, cuaca dan derajat masak. Umur
panen jagung umumnya sudah cukup masak dan siap dipanen pada umur 7 minggu
setelah berbunga.
Pemanenan dilakukan apabila jagung
cukup tua yaitu bila kulit jagung sudah kuning. Pemeriksaan dikebun dapat
dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari pada bijinya, bila tidak membekas
jagung dapat segera dipanen.
Jagung yang dipanen prematur
butirannya keriput dan setelah dikeringkan akan menghasilkan butir pecah atau
butirnya rusak setelah proses pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya juga
akan banyak butiran jagung yang rusak. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak
turun hujan sehingga pengeringan dapat segera dilakukan. Umumya jagung dipanen
dalam keadaan tongkol berkelobot (berkulit).
8. PASCA PANEN
Penanganan pasca panen bisa dengan
cara pengeringan, pada umumnya dilakukan dengan menghamparkan jagung dibawah
terik matahari menggunakan alas tikar atau terpal. Pada waktu cerah penjemuran
dapat dilakukan selama 3-4 hari. Dapat juga menggunakan mesin grain dryer. Kemudian
jagung dipipil, agar segera dijemur kembali sampai kering konstan (kadar air
kurang lebih 12%) agar dapat disimpan lama, biasanya memerlukan waktu
penjemuran 60 jam sinar matahari.
Pengolahan jagung ada 2 macam yaitu
:
1. Pengolahan basah (wet process),
adalah pengolahan jagung yang dilakukan dengan merendam jagung terlebih dahulu
di dalam air sehingga menghancurkannya lebih mudah, dan setelah itu
dikeringkan.
2. Pengolahan kering (dry process),
adalah pengolahan secara kering tanpa perendaman, biasanya menghancurkannya
lebih sukar dibandingkan dengan cara basah.
Penanganan pasca panen jagung adalah
semua kegiatan yang dilakukan sejak jagung dipanen sampai dipasarkan kepada
konsumen, kegiatannya meliputi : pemanenan,pengangkutan, pengeringan,
penundaan, perontokan dan penyimpanan. Kegiatan penanganan pasca panen pada
umumnya dilakukan oleh petani, kelompok tani, koperasi dan para pedagang
pengumpul serta didukung oleh berbagai lembaga dalam masyarakat dalam satu
kesatuan, maka disebut dengan istilah Sistem Penanganan Pasca
Panen.
Cara penanganan panen dan pasca
panen yang kurang baik akan memberikan dampak yang buruk terhadap mutu jagung,
apabila mutu jagung menurun, maka harga jual menurun dan pendapatan petani
menjadi lebih rendah. Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi baik buruknya
mutu jagung adalah adanya jamur dan cendawan yang ditandai dengan warna
kehitam-hitaman, kehijau-hijauan atau putih pada buah jagung. Salah satu
diantara jamur tersebut adalah Aspergilis sp yang menghasilkan racun aslatoksin
dan berbahaya bagi manusia maupun ternak lainnya, jamur tersebut dapat
dimatikan dengan pemanasan tetapi racunnya tidak dapat ditangkal dengan pemanasan.
No comments:
Post a Comment